
Hallo
apa kabar kawan blogger semua? Semoga dalam keadaan sehat sentosa yach hehe.
Well, i comeback again guys :D, haduh udah lama nih ga posting blog saya,
maklum 6 bulan terakhir ini saya sibuk sama yang namanya skripsi, yang harus
saya selesaikan demi menggapai mimpi sebagai seorang Sarjana :p , dan
alhamdulillah saya sudah merampungkan tugas saya sebagai mahasiswa selama 5
tahun, jadi sarjana muda deh, hehe semoga bermanfaat bagi banyak umat Amiin.
Okay
sudah siap semua, mari kita mulai. Emm kali ini saya akan mengangkat sebuah
topik tentang musik, ya musik dalam negeri. Sebenarnya saya ga tau mau kasih
judul postingan yang tepat, agar sinkron sama isi artikel didalamnya, karena
isi artikel ini menyangkut jati diri musik Indonesia atau bisa juga mengandung
makna miss-oriented musik Indonesia,
yach pokoknya inti dari artikel ini salah satunya seperti itulah hehe. Jadi
menurut pandangan saya, musik Indonesia kini telah mengalami kegundahan atau
kegalauan yang mengakibatkan efek ketidaktahuan akan syariat musik dalam negeri
itu sendiri. Atau pengertian lain bikinan saya adalah The Fail of Originality’s Indonesian Music Art, seperti kehilangan
jati diri dan ciri khas seni musik domestik. Alasannya adalah, lihat deh kawan
di acara musik tivi sekarang, atau majalah dan tabloid, makin menjamur tampang
tampang group vokal dengan membawakan musik berbahasa Indonesia yang menurut
saya aneh dalam penyampaiannya ke para penikmat musik. Kenapa aneh? Karena
group vokal tersebut tidak membawakan lagu berbahasa Indonesia dengan gaya khas
Indonesia, lantas gaya khas Indonesia seperti apa? Liat dong group vokal
terakhir asli produk Indonesia, seperti Tangga, AB 3, DIVA, Trio Libels, Warna dsb. Group vokal yang saya sebut diatas memiliki ciri khas Indonesia,
yakni bisa diliat dari koreografi, kostum, make up dan tentunya lirik serta
syair di dalam lagunya. Jika ada yang menanyakan untuk koreografi dan kostum
pas jamannya kan berbeda dengan yang sekarang? atau sekarang lebih modern dan
ga kampungan?? Eiits,, bentar dulu, yang namanya koreografi, kostum , dan make
up adalah atribut seni musik, atribut itu sifatnya adalah flexible dan dynamic
disesuaikan dengan konsep warna musiknya bukan masalah waktu. Dalam hal ini
waktu itu adalah tahun dimana dia booming
atau sedang populer. Jadi yang terpenting dari musik asli suatu karya, atau kreatifitas
bermusik adalah JATI DIRI dan CIRI KHAS. Nah, disini lah letak permasalahannya guys,
musik Indonesia sedang kehilangan jati diri keaslian musiknya.
Setelah
berakhirnya masa keemasan band macam Gigi, Slank, SO7 Peterpan (kini NOAH) muncul
band yang bergenre Pop Malaya. Setelah redupnya masa kesuksesan musik pop group
vokal macam Tangga, AB 3 sekarang bertebaran group vokal a.k.a boyband/girlband
bergenre K-Pop. Yang jadi point dari artikel saya adalah gaya bermusik pop
melayu dan pengaruh k-pop yang berlebihan. Khusus boyband/girlband dalam negeri
sekarang cenderung ke arah plagiatisme, karena dari syair, bait serta
atributnya seperti dance, costum, make up, performance dll adalah 90% MENIRU
dari yang aslinya (group vokal Korsel punya). Untuk melayu,, haha, okelah, saya
akui memang bahasa melayu adalah bahasa induk dari bahasa Indonesia dan
Malaysia. But, ingat bahasa yang kita gunakan sehari-hari dan bahasa Nasional
kita adalah Bahasa Indonesia, so gunakanlah bahasa Indonesia kedalam lagu untuk
mencerminkan bahwa kita adalah orang/band Indonesia yang memiliki identitas
sebagai warga negara Indonesia. Kalau melayu ya bahasanya Malaysia, bukan milik
Indonesia, sebisa mungkin jangan gunakan lirik Melayu. Ehmm saya tidak
menyinggung band atau group vokal yang menyajikan musik menggunakan bahasa
asing loh yang menggunakan syair Inggris, China etc, selama mereka masih
membawakannya dengan perform khas Indonesia, asli karakter Indonesia, seperti
band Indie Fox, Mocca dll. Saya malah salut akan kreatifitas bermusik mereka. Kemudian
berbeda dengan musik khas Indonesia yang lain, yaitu Dangdut. Banyak orang
berdalih bahwa dangdut adalah salah satu lagu melayu, yakni menggunakan syair
dan cengkok melayu. Saya mempunyai pemikiran yang lain kawan, Dangdut dalam sejarahnya
tidak berasal dari bahasa Melayu atau negaranya (Malaysia). Dangdut adalah asli
seni musik Indonesia selain keroncong yang memiliki keunikan akan cengkok nada
nya (vibration voice) dan permainan
alat musik yang mengiringinya. Dangdut berbeda dengan Pop Melayu, sangat
berbeda, dan kawan-kawan akan tahu perbedaannya jika kawan mengetahui tentang
asal muasal dangdut dan mendengarkan beberapa kedua genre lagu tersebut dengan
seksama, pasti berbeda.
Well,
jadi teringat beberapa waktu lalu, ada Girlband Indonesia yang menyatakan bahwa
berdirinya group vokal mereka adalah inisiatif mereka sendiri dan tidak
dipengaruhi oleh salah satu group vokal dari Korsel. Hahaha! saya geleng-geleng
kepala, kasihan sekali mereka, karena mereka tidak bisa membius dan membodohi
saya. Saya dan mungkin beberapa orang yang berpikiran sama dengan saya
jelas-jelas tahu, mereka itu 90% Copied
and Paste! Mereka itu 9 anggota (waktu itu), memiliki tampilan yang dibuat
persis (rambut pirang, busana), Kelakuan/behavior, yang teramat parah adalah
Lagunya , mencomot syair dari salah satu girlband Korea, hampir semua aspek
guys mereka tiru. Hahaha, untuk boyband Indonesia, ini lucu, kenapa emang? Sebenarnya
saya malas berpendapat soal boyband Indonesia, dan saya akan langsung mengatakan:
mereka sekumpulan pria yang menbentuk group vokal yang PALSU. Mana ciri khas Indonesia
yang mereka tampilkan? Lirik lagu okelah menggunakan bahasa Indonesia, tapi
pembawaannya, mencoba meniru Boyband Korsel persis. Hemm,, jadi begitulah,
begitu kompleks permasalahan yang ada dalam jati diri musik Indonesia. Musik
yang dinanti-nantikan oleh sejuta rakyat telah menghilangkan ciri khas dan
identitas keaslian Indonesia. Let’s Pray For Indonesian Music Art. Ini akan
menjadi pemikiran bersama, antara pemusik, penikmat musik dan peran pemerintah
pula. Dalam hal ini, peran pemerintah untuk menyikapi permasalahan tersebut cukup
vital, karena hanya pemerintah lah tameng pertama yang mampu mem-filter jenis
budaya atau musik yang masuk kedalam negeri. Dapat diambil contoh sikap tegas
yang pernah dilakukan oleh pemerintah Jepang. Saya pernah baca sumber berita online,
bahwa pemerintah Jepang berupaya untuk meminimalisir bahkan menghilangkan
pengaruh kekorea-koreaan yang sedang digandrungi oleh para remaja di Jepang.
Dengan cara, menolak aksi panggung artis dari Korea secara berkesinambungan,
karena sebelum aturan tersebut ada, hampir setahun sedikitnya 4 kali
diselenggarakan konser musik Band/Girlband/Boyband Korea di Jepang. Pemerintah
Jepang beralasan bahwa menyetop sementara konser musik ala Korea untuk
melindungi ‘aset’ berharga mereka yaitu para remaja generasi penerus mereka
agar tidak terpengaruhi oleh musik Korea yang bisa berakibat lebih mencintai
budaya Korea dibandingkan budayanya mereka sendiri yaitu Jepang. Bagi para
pembaca berita online waktu itu ada yang menganggap apa yang dilakukan oleh
pemerintah Jepang terlalu berlebihan,, hemmm namun bagi saya yang dilakukan
oleh pemerintah Jepang sudah benar adanya, untuk mengantisipasi ‘brainwashing’
budaya Korea yang meracuni remaja Jepang. Menurut saya tindakan yang cukup
cerdas dan patut dicontoh oleh pemerintah Indonesia J.
Okeh,
saya tau ini pasti akan jadi polemik, dan keributan kecil dari perbedaan
pendapat pecinta musik tanah air. Mungkin ada dari fans girlband/boyband dan fans
band pop-melayu yang tidak sependapat dengan saya. It’s okay, i just argued not
for attacking someone by this article. Saya menghargai orang yang sedang
menikmati musik atau bermain musik, karena musik adalah alat pemersatu bukan pemecah,
musik adalah bahasa hati dunia. Tetapi saya juga memiliki hak untuk mengkoreksi
sebuah karya musik, karena saya sangat mencintai musik seperti oksigen yang
saya hirup untuk bernapas (lebay dikit) makanya saya perhatian banget sama
musik, seperti sama pacar :p.
Woow
ga kerasa nih, sudah corat-coret banyak, lumayan deh untuk menggairahkan kembali
blog saya hehe. Oke guys, kembali saya simpulkan diakhir artikel ini, saya hanya
ingin menikmati lagi musik Indonesia yang asli, yang benar-benar karya anak
bangsa, tanpa menduplikasi musik dari luar. Semua rakyat Indonesia menginginkan
kembali alunan musik indah, kemajuan dalam bermusik adalah suatu bukti
kedinamisan seni musik dalam negeri, namun keaslian adalah harga mati dan tidak
boleh dipisahkan begitu saja dari karya seni musik. So, selamat beraktifitas
kawan-kawan, see you next time! :D
Pic
from: https://www.facebook.com/KomunitasAntiBoyBandGirlBandPlagiat
0 komentar:
Posting Komentar