Jumat, 19 Oktober 2012

DILEMA MUSIK DOMESTIK



 

Hallo apa kabar kawan blogger semua? Semoga dalam keadaan sehat sentosa yach hehe. Well, i comeback again guys :D, haduh udah lama nih ga posting blog saya, maklum 6 bulan terakhir ini saya sibuk sama yang namanya skripsi, yang harus saya selesaikan demi menggapai mimpi sebagai seorang Sarjana :p , dan alhamdulillah saya sudah merampungkan tugas saya sebagai mahasiswa selama 5 tahun, jadi sarjana muda deh, hehe semoga bermanfaat bagi banyak umat Amiin.

Okay sudah siap semua, mari kita mulai. Emm kali ini saya akan mengangkat sebuah topik tentang musik, ya musik dalam negeri. Sebenarnya saya ga tau mau kasih judul postingan yang tepat, agar sinkron sama isi artikel didalamnya, karena isi artikel ini menyangkut jati diri musik Indonesia atau bisa juga mengandung makna miss-oriented musik Indonesia, yach pokoknya inti dari artikel ini salah satunya seperti itulah hehe. Jadi menurut pandangan saya, musik Indonesia kini telah mengalami kegundahan atau kegalauan yang mengakibatkan efek ketidaktahuan akan syariat musik dalam negeri itu sendiri. Atau pengertian lain bikinan saya adalah The Fail of Originality’s Indonesian Music Art, seperti kehilangan jati diri dan ciri khas seni musik domestik. Alasannya adalah, lihat deh kawan di acara musik tivi sekarang, atau majalah dan tabloid, makin menjamur tampang tampang group vokal dengan membawakan musik berbahasa Indonesia yang menurut saya aneh dalam penyampaiannya ke para penikmat musik. Kenapa aneh? Karena group vokal tersebut tidak membawakan lagu berbahasa Indonesia dengan gaya khas Indonesia, lantas gaya khas Indonesia seperti apa? Liat dong group vokal terakhir asli produk Indonesia, seperti Tangga, AB 3, DIVA, Trio Libels, Warna dsb. Group vokal yang saya sebut diatas memiliki ciri khas Indonesia, yakni bisa diliat dari koreografi, kostum, make up dan tentunya lirik serta syair di dalam lagunya. Jika ada yang menanyakan untuk koreografi dan kostum pas jamannya kan berbeda dengan yang sekarang? atau sekarang lebih modern dan ga kampungan?? Eiits,, bentar dulu, yang namanya koreografi, kostum , dan make up adalah atribut seni musik, atribut itu sifatnya adalah flexible dan dynamic disesuaikan dengan konsep warna musiknya bukan masalah waktu. Dalam hal ini waktu itu adalah tahun dimana dia booming atau sedang populer. Jadi yang terpenting dari musik asli suatu karya, atau kreatifitas bermusik adalah JATI DIRI dan CIRI KHAS.  Nah, disini lah letak permasalahannya guys, musik Indonesia sedang kehilangan jati diri keaslian musiknya.


Setelah berakhirnya masa keemasan band macam Gigi, Slank, SO7 Peterpan (kini NOAH) muncul band yang bergenre Pop Malaya. Setelah redupnya masa kesuksesan musik pop group vokal macam Tangga, AB 3 sekarang bertebaran group vokal a.k.a boyband/girlband bergenre K-Pop. Yang jadi point dari artikel saya adalah gaya bermusik pop melayu dan pengaruh k-pop yang berlebihan. Khusus boyband/girlband dalam negeri sekarang cenderung ke arah plagiatisme, karena dari syair, bait serta atributnya seperti dance, costum, make up, performance dll adalah 90% MENIRU dari yang aslinya (group vokal Korsel punya). Untuk melayu,, haha, okelah, saya akui memang bahasa melayu adalah bahasa induk dari bahasa Indonesia dan Malaysia. But, ingat bahasa yang kita gunakan sehari-hari dan bahasa Nasional kita adalah Bahasa Indonesia, so gunakanlah bahasa Indonesia kedalam lagu untuk mencerminkan bahwa kita adalah orang/band Indonesia yang memiliki identitas sebagai warga negara Indonesia. Kalau melayu ya bahasanya Malaysia, bukan milik Indonesia, sebisa mungkin jangan gunakan lirik Melayu. Ehmm saya tidak menyinggung band atau group vokal yang menyajikan musik menggunakan bahasa asing loh yang menggunakan syair Inggris, China etc, selama mereka masih membawakannya dengan perform khas Indonesia, asli karakter Indonesia, seperti band Indie Fox, Mocca dll. Saya malah salut akan kreatifitas bermusik mereka. Kemudian berbeda dengan musik khas Indonesia yang lain, yaitu Dangdut. Banyak orang berdalih bahwa dangdut adalah salah satu lagu melayu, yakni menggunakan syair dan cengkok melayu. Saya mempunyai pemikiran yang lain kawan, Dangdut dalam sejarahnya tidak berasal dari bahasa Melayu atau negaranya (Malaysia). Dangdut adalah asli seni musik Indonesia selain keroncong yang memiliki keunikan akan cengkok nada nya (vibration voice) dan permainan alat musik yang mengiringinya. Dangdut berbeda dengan Pop Melayu, sangat berbeda, dan kawan-kawan akan tahu perbedaannya jika kawan mengetahui tentang asal muasal dangdut dan mendengarkan beberapa kedua genre lagu tersebut dengan seksama, pasti berbeda.
Well, jadi teringat beberapa waktu lalu, ada Girlband Indonesia yang menyatakan bahwa berdirinya group vokal mereka adalah inisiatif mereka sendiri dan tidak dipengaruhi oleh salah satu group vokal dari Korsel. Hahaha! saya geleng-geleng kepala, kasihan sekali mereka, karena mereka tidak bisa membius dan membodohi saya. Saya dan mungkin beberapa orang yang berpikiran sama dengan saya jelas-jelas tahu, mereka itu 90% Copied and Paste! Mereka itu 9 anggota (waktu itu), memiliki tampilan yang dibuat persis (rambut pirang, busana), Kelakuan/behavior, yang teramat parah adalah Lagunya , mencomot syair dari salah satu girlband Korea, hampir semua aspek guys mereka tiru. Hahaha, untuk boyband Indonesia, ini lucu, kenapa emang? Sebenarnya saya malas berpendapat soal boyband Indonesia, dan saya akan langsung mengatakan: mereka sekumpulan pria yang menbentuk group vokal yang PALSU. Mana ciri khas Indonesia yang mereka tampilkan? Lirik lagu okelah menggunakan bahasa Indonesia, tapi pembawaannya, mencoba meniru Boyband Korsel persis. Hemm,, jadi begitulah, begitu kompleks permasalahan yang ada dalam jati diri musik Indonesia. Musik yang dinanti-nantikan oleh sejuta rakyat telah menghilangkan ciri khas dan identitas keaslian Indonesia. Let’s Pray For Indonesian Music Art. Ini akan menjadi pemikiran bersama, antara pemusik, penikmat musik dan peran pemerintah pula. Dalam hal ini, peran pemerintah untuk menyikapi permasalahan tersebut cukup vital, karena hanya pemerintah lah tameng pertama yang mampu mem-filter jenis budaya atau musik yang masuk kedalam negeri. Dapat diambil contoh sikap tegas yang pernah dilakukan oleh pemerintah Jepang. Saya pernah baca sumber berita online, bahwa pemerintah Jepang berupaya untuk meminimalisir bahkan menghilangkan pengaruh kekorea-koreaan yang sedang digandrungi oleh para remaja di Jepang. Dengan cara, menolak aksi panggung artis dari Korea secara berkesinambungan, karena sebelum aturan tersebut ada, hampir setahun sedikitnya 4 kali diselenggarakan konser musik Band/Girlband/Boyband Korea di Jepang. Pemerintah Jepang beralasan bahwa menyetop sementara konser musik ala Korea untuk melindungi ‘aset’ berharga mereka yaitu para remaja generasi penerus mereka agar tidak terpengaruhi oleh musik Korea yang bisa berakibat lebih mencintai budaya Korea dibandingkan budayanya mereka sendiri yaitu Jepang. Bagi para pembaca berita online waktu itu ada yang menganggap apa yang dilakukan oleh pemerintah Jepang terlalu berlebihan,, hemmm namun bagi saya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang sudah benar adanya, untuk mengantisipasi ‘brainwashing’ budaya Korea yang meracuni remaja Jepang. Menurut saya tindakan yang cukup cerdas dan patut dicontoh oleh pemerintah Indonesia J.   
Okeh, saya tau ini pasti akan jadi polemik, dan keributan kecil dari perbedaan pendapat pecinta musik tanah air. Mungkin ada dari fans girlband/boyband dan fans band pop-melayu yang tidak sependapat dengan saya. It’s okay, i just argued not for attacking someone by this article. Saya menghargai orang yang sedang menikmati musik atau bermain musik, karena musik adalah alat pemersatu bukan pemecah, musik adalah bahasa hati dunia. Tetapi saya juga memiliki hak untuk mengkoreksi sebuah karya musik, karena saya sangat mencintai musik seperti oksigen yang saya hirup untuk bernapas (lebay dikit) makanya saya perhatian banget sama musik, seperti sama pacar :p.
Woow ga kerasa nih, sudah corat-coret banyak, lumayan deh untuk menggairahkan kembali blog saya hehe. Oke guys, kembali saya simpulkan diakhir artikel ini, saya hanya ingin menikmati lagi musik Indonesia yang asli, yang benar-benar karya anak bangsa, tanpa menduplikasi musik dari luar. Semua rakyat Indonesia menginginkan kembali alunan musik indah, kemajuan dalam bermusik adalah suatu bukti kedinamisan seni musik dalam negeri, namun keaslian adalah harga mati dan tidak boleh dipisahkan begitu saja dari karya seni musik. So, selamat beraktifitas kawan-kawan, see you next time! :D   


Pic from: https://www.facebook.com/KomunitasAntiBoyBandGirlBandPlagiat

 

0 komentar:

Posting Komentar

Avenged sevenfold banner Pictures, Images and Photos